Thursday, June 4, 2015

Wacana Narasi Informatif - Ratna Annisa

Wacana Narasi Informatif – Biografi Tokoh

Rangga Akbar adalah seorang anak yang berasal dari keluarga miskin. Ia lahir di Bukittinggi pada tanggal 29 Januari 1970. Dia tinggal di Bukittinggi selama hampir 20 tahun. Ia memiliki kakak perempuan yang umurnya 3 tahun lebih tua darinya. Pada umurnya yang ke 3 tahun, ia mulai bekerja membantu ibunya untuk berjualan kue di sekeliling kampung di Bukittinggi, karena ibunya harus mulai menyekolahi anak pertamanya di sekolah dasar. Bapak Rangga yang hanya bekerja sebagai pelayan di sebuah restauran yang tidak begitu terkenal dan hanya bisa memberikan sedikit uang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Mereka hidup sangat pas-pasan bahkan bisa dibilang uangnya tidak mencukupi kebutuhannya. Masa kecilnya tidak terhiasi dengan bermain, ia terus membantu ibunya untuk berjualan dan tidak memiliki waktu untuk bermain bersama temannya.

Disaat Rangga berumur empat tahun, ia mulai belajar membaca, dan mulai belajar mengaji. Setiap kakak perempuannya pulang sekolah, dengan semangat Rangga menyambutnya pulang dan dengan semangat pula kakak Rangga mengajarinya apa yang baru saja ia dapatkan di sekolah tadi. Dan setiap pukul 4 sore, Rangga dan kakaknya selalu membantu ibu untuk menyapu halaman rumah dan sekitarnya yang terpenuhi daun-daun yang jatuh berguguran. Kadang Rangga mendapatkan upah, namun upahnya pun juga tidak bisa membantu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Pada waktu menjelang maghrib, Rangga selalu belajar mengaji bersama bapaknya, setelah mengaji, sering kali ia menemani kakaknya belajar dan mengerjakan PR.

Di umurnya yang ke 6 tahun, Rangga memulai sekolah di tingkat dasar kelas 1. Ia bersekolah di sekolah yang sama dengan kakaknya. Setiap pagi, ia bangun pukul 5 pagi untuk menunaikan shalat subuh, walau ia tinggal di rumah yang sangat kecil dan lingkungan yang serba kekurangan, namun dari kecil ia selalu diajarkan untuk tidak meninggalkan shalat. Setelah selesai menunaikan shalat subuh, ia langsung mandi dan berpakaian. Sebelum berangkat sekolah pukul 6.30, ia tak lupa sarapan dan membantu ibu membungkus beberapa kue untuk dijual di warung. Ia berangkat sekolah dengan berjalan kaki bersama kakaknya. Sekolahnya berjarak hanya 500 meter dari rumahnya. Sesampainya di sekolah, sebelum bel berbunyi, ia menggunakan waktunya untuk membaca buku cerita yang ada di perpustakaannya. Selesai sekolah pada pukul 12 siang, ia langsung pulang bersama kakaknya, dan mampir ke warung tempat ibunya menjual kue untuk mengambil penghasilan pada hari itu.

Sesampainya dirumah, ia langsung menunaikan shalat dzuhur, dan membaca kembali buku pelajaran yang baru saja ia pelajari di sekolah. Setelah itu ia melanjutkan membantu ibunya untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Pada malam harinya, dia mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh gurunya atau jika tidak ada, dia membaca buku pelajaran yang akan dipelajarinya di sekolah besoknya, sehingga ia selalu unggul di antara temannya di sekolah dan selalu menjadi murid favorit guru karena kepintarannya dan cepat menangkap pelajaran dengan mudah.

Di masa kecilnya, ia jarang sekali bermain, ia lebih sering mengisi waktu kosongnya untuk membaca buku. Buku apapun ia baca, bahkan salah satu hobinya adalah membaca buku. Dia hanya berteman jika di sekolah, dan terkadang ia dijauhi teman-temannya karena sering menolak jika diajak main bersama, dan juga karena ia tidak pernah mau memberikan contekan PR kepada temannya.

Saat usia ke 12 tahun, ia memasuki jenjang ke pendidikan berikutnya, yaitu kelas 1 SMP. Ia bersekolah di SMP Negeri 1 Bukittinggi. masih dengan keseharian yang sama, di umurnya sekarang, ia membantu ibunya menjualkan kue nya kepada para guru dan teman-temannya di sekolah. Penghasilannya sekarang lebih banyak, dan mulai mencukupi kebutuhan hidupnya. Bapaknya juga yang sudah diterima kerja di sebuah restauran yang ramai sering dikunjungi turis luar maupun lokal. Sejak SD, Rangga selalu menjadi juara kelas dan sering menang di lomba cerdas cermat antar sekolah. Begitu pula di SMP, ia aktif di bidang organisasi siswa intra sekolah, dan dia juga dipilih sebagai ketua OSIS di saat ia menduduki bangku kelas 2 di tingkat SMP.

Tepat dihari ulang tahunnya yang ke 15, bapak Rangga meninggal dunia karena penyakit demam berdarah yang telat ditangani oleh dokter. Rangga pun, sempat putus asa dan pelajaran di sekolahnya sedikit turun, banyak guru yang menanyakan mengapa nilai Rangga sering turun beberapa hari ini, namun jika Rangga di tanya seperti itu, ia hanya menjawab “Mungkin saya kurang belajar, bu”. Sejak saat itu, ibunya yang membiayai hidup untuk Rangga dan kakaknya. Ibunya mencari pekerjaan lain yaitu sebagai buruh cuci di rumah tetangganya, dan Rangga sering membantu ibu temannya untuk mencuci piring di warung milik ibu temannya. Sebulan kemudian, Rangga pun dapat mempertahankan nilainya kembali

Saat ujian akhir sekolah tingkat SMP dimulai, Rangga sedang sakit demam tinggi, akibat kurang tidur karena kecapean untuk membantu ibunya ditambah ia harus belajar. Namun ia memaksakan untuk tetap mengikuti ujian di hari pertamanya. Hingga sampai akhirnya ia berhasil mengikuti semua ujian selama lima hari dengan lancar, dan menjawab soal-soal dengan lancar karena semua materi pelajarannya sudah ia baca setiap harinya. Hingga sampai nilai hasil ujian di bagikan, dia mendapatkan nilai tertinggi di angkatannya, dan mendapatkan beasiswa dari SMA Negeri 1 Bukittinggi.

Selama di SMA, ia tidak berubah, selalu membantu ibunya, rajin beribadah, dan rajin belajar. Si waktu istirahat saat di sekolah, ia sering meluangkannya untuk membaca buku di perpustakaan, dia sangat senang membaca. Itu yang membuatnya serba tahu mengenai segala hal. Ia juga sering diminta oleh guru untuk membantu mengoreksi tugas-tugas temannya di sekolah. Pelajaran kesukaannya adalah Kimia dan Fisika, dia selalu mendapat nilai sempurna di kedua mata pelajaran tersebut. Sampai akhirnya, ada salah seorang temannya yang kesal dan merasa iri kepadanya karena selalu mendapat nilai sempurna, Rangga dituduh telah menerima bocoran dari gurunya karena Rangga dianggap anak emas oleh gurunya. Lalu, pihak kepala sekolah sempat memanggil Rangga untuk bersaksi, dan memberi ujian yang baru yang dibuat kepala sekolahnya saat itu juga dan menyuruh Rangga untuk menjawab soalnya. Dan terbukti Rangga dapat menjawab semua soal dengan benar.

Disaat umurnya yang ke 17, ia dinyatakan lulus dengan nilai yang memuaskan. Namun, setelah lulus sekolah, Rangga tidak ingin melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi. Dia ingin bekerja dulu mencari uang sendiri untuk membiayai kuliahnya sendiri tanpa memberikan beban kepada ibunya. Akhirnya selama hampir 3 tahun, ia bekerja, apapun ia mau melakukannya asalkan itu termasuk pekerjaan yang halal, tak lupa dia juga selalu beribadah kepada Tuhannya, tidak pernah meninggalkan shalat. di umurnya yang hampir mencapai 20 tahun, ia merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan dan mencari kuliah. Lalu 3 bulan kemudian ia disusul kakak dan ibunya ke Jakarta. Di umur yang ke 20 tahun, ia diterima kuliah di Universitas Indonesia jurusan akuntansi dan perbankan. Memang sedikit berbeda dengan pelajaran di SMA nya, namun ia tetap bisa mengikuti pelajarannya dengan baik karena ia sangat senang membaca, sehingga membuat pengetahuannya lebih luas. Setelah lulus dari kuliah dengan hasil kumlaut, dia langsung diterima kerja di suatu Bank di bagian keuangan.

Tepat sehari setelah ia berulang tahun yang ke 27, ia menikah dengan seorang perempuan yang 4 tahun lebih muda darinya yang merupakan rekan kerja di kantor. Sejak menikah, ia mengontrak di sebuah kontrakan di dekat dengan tempat kerjanya, dan mereka berdua memiliki target untuk membeli rumah sendiri dengan luas yang sudah ditentukan oleh keduanya.

Di umur nya yang ke 33 tahun, ia berhasil mencapai targetnya, yaitu membeli rumah dengan ukuran persis dengan yang mereka harapkan, bahkan lebih besar dari apa yang mereka harapkan. Dan juga, Rangga sudah memiliki 2 anak perempuan. Karirnya semakin naik, dan gajinya sangat mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Dia juga memberikan setengah gajinya kepada ibunya, dan setengah dari sisanya diberikan kepada istrinya.

Pada umur 37 tahun, Ibu Rangga dan kakaknya pulang ke Bukittinggi dan memutuskan untuk tinggal disana. Rangga sempat membujuk ibunya untuk tetap tinggal bersamanya, namun ibunya lebih senang berada di kampung halamannya di Bukittinggi. Rangga pun akhirnya membelikan rumah yang lebih layak dan nyaman untuk Ibunya, dan kakaknya tinggal bersama suaminya di rumah yang tidak jauh dari rumah ibunya. Rangga juga membukakan usaha untuk ibunya, yaitu toko buku yang berada di Bukittinggi dan juga Rangga membuka restauran masakan padang yang berada di sebelah toko bukunya di Bukittinggi.

Di umurnya yang ke 40 tahun, ia diangkat sebagai Manajer utama di suatu bank dan ia tetap mengirimkan pengasilannya kepada ibunya. Ia juga selalu mengajarkan anak-anaknya tentang agama dan mendidiknya untuk selalu rajin belajar terutama rajin membaca. Serta memberi motivasi-motivasi hidup kepada anaknya. 

No comments:

Post a Comment