Wacana Narasi Informatif – Biografi Tokoh
Rangga Akbar adalah seorang
anak yang berasal dari keluarga miskin. Ia lahir di Bukittinggi pada tanggal 29
Januari 1970. Dia tinggal di Bukittinggi selama hampir 20 tahun. Ia memiliki
kakak perempuan yang umurnya 3 tahun lebih tua darinya. Pada umurnya yang ke 3
tahun, ia mulai bekerja membantu ibunya untuk berjualan kue di sekeliling
kampung di Bukittinggi, karena ibunya harus mulai menyekolahi anak pertamanya
di sekolah dasar. Bapak Rangga yang hanya bekerja sebagai pelayan di sebuah
restauran yang tidak begitu terkenal dan hanya bisa memberikan sedikit uang
untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Mereka hidup sangat pas-pasan bahkan bisa
dibilang uangnya tidak mencukupi kebutuhannya. Masa kecilnya tidak terhiasi
dengan bermain, ia terus membantu ibunya untuk berjualan dan tidak memiliki
waktu untuk bermain bersama temannya.
Disaat Rangga berumur empat
tahun, ia mulai belajar membaca, dan mulai belajar mengaji. Setiap kakak
perempuannya pulang sekolah, dengan semangat Rangga menyambutnya pulang dan
dengan semangat pula kakak Rangga mengajarinya apa yang baru saja ia dapatkan
di sekolah tadi. Dan setiap pukul 4 sore, Rangga dan kakaknya selalu membantu
ibu untuk menyapu halaman rumah dan sekitarnya yang terpenuhi daun-daun yang
jatuh berguguran. Kadang Rangga mendapatkan upah, namun upahnya pun juga tidak
bisa membantu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Pada waktu menjelang
maghrib, Rangga selalu belajar mengaji bersama bapaknya, setelah mengaji,
sering kali ia menemani kakaknya belajar dan mengerjakan PR.
Di umurnya yang ke 6 tahun,
Rangga memulai sekolah di tingkat dasar kelas 1. Ia bersekolah di sekolah yang
sama dengan kakaknya. Setiap pagi, ia bangun pukul 5 pagi untuk menunaikan
shalat subuh, walau ia tinggal di rumah yang sangat kecil dan lingkungan yang
serba kekurangan, namun dari kecil ia selalu diajarkan untuk tidak meninggalkan
shalat. Setelah selesai menunaikan shalat subuh, ia langsung mandi dan
berpakaian. Sebelum berangkat sekolah pukul 6.30, ia tak lupa sarapan dan
membantu ibu membungkus beberapa kue untuk dijual di warung. Ia berangkat
sekolah dengan berjalan kaki bersama kakaknya. Sekolahnya berjarak hanya 500
meter dari rumahnya. Sesampainya di sekolah, sebelum bel berbunyi, ia
menggunakan waktunya untuk membaca buku cerita yang ada di perpustakaannya.
Selesai sekolah pada pukul 12 siang, ia langsung pulang bersama kakaknya, dan mampir
ke warung tempat ibunya menjual kue untuk mengambil penghasilan pada hari itu.
Sesampainya dirumah, ia
langsung menunaikan shalat dzuhur, dan membaca kembali buku pelajaran yang baru
saja ia pelajari di sekolah. Setelah itu ia melanjutkan membantu ibunya untuk
mengerjakan pekerjaan rumah. Pada malam harinya, dia mengerjakan pekerjaan
rumah yang diberikan oleh gurunya atau jika tidak ada, dia membaca buku
pelajaran yang akan dipelajarinya di sekolah besoknya, sehingga ia selalu
unggul di antara temannya di sekolah dan selalu menjadi murid favorit guru
karena kepintarannya dan cepat menangkap pelajaran dengan mudah.
Di masa kecilnya, ia jarang
sekali bermain, ia lebih sering mengisi waktu kosongnya untuk membaca buku.
Buku apapun ia baca, bahkan salah satu hobinya adalah membaca buku. Dia hanya
berteman jika di sekolah, dan terkadang ia dijauhi teman-temannya karena sering
menolak jika diajak main bersama, dan juga karena ia tidak pernah mau
memberikan contekan PR kepada temannya.
Saat usia ke 12 tahun, ia
memasuki jenjang ke pendidikan berikutnya, yaitu kelas 1 SMP. Ia bersekolah di
SMP Negeri 1 Bukittinggi. masih dengan keseharian yang sama, di umurnya
sekarang, ia membantu ibunya menjualkan kue nya kepada para guru dan teman-temannya
di sekolah. Penghasilannya sekarang lebih banyak, dan mulai mencukupi kebutuhan
hidupnya. Bapaknya juga yang sudah diterima kerja di sebuah restauran yang
ramai sering dikunjungi turis luar maupun lokal. Sejak SD, Rangga selalu
menjadi juara kelas dan sering menang di lomba cerdas cermat antar sekolah.
Begitu pula di SMP, ia aktif di bidang organisasi siswa intra sekolah, dan dia
juga dipilih sebagai ketua OSIS di saat ia menduduki bangku kelas 2 di tingkat
SMP.
Tepat dihari ulang tahunnya
yang ke 15, bapak Rangga meninggal dunia karena penyakit demam berdarah yang
telat ditangani oleh dokter. Rangga pun, sempat putus asa dan pelajaran di
sekolahnya sedikit turun, banyak guru yang menanyakan mengapa nilai Rangga
sering turun beberapa hari ini, namun jika Rangga di tanya seperti itu, ia
hanya menjawab “Mungkin saya kurang belajar, bu”. Sejak saat itu, ibunya yang
membiayai hidup untuk Rangga dan kakaknya. Ibunya mencari pekerjaan lain yaitu
sebagai buruh cuci di rumah tetangganya, dan Rangga sering membantu ibu
temannya untuk mencuci piring di warung milik ibu temannya. Sebulan kemudian,
Rangga pun dapat mempertahankan nilainya kembali
Saat ujian akhir sekolah
tingkat SMP dimulai, Rangga sedang sakit demam tinggi, akibat kurang tidur
karena kecapean untuk membantu ibunya ditambah ia harus belajar. Namun ia
memaksakan untuk tetap mengikuti ujian di hari pertamanya. Hingga sampai
akhirnya ia berhasil mengikuti semua ujian selama lima hari dengan lancar, dan
menjawab soal-soal dengan lancar karena semua materi pelajarannya sudah ia baca
setiap harinya. Hingga sampai nilai hasil ujian di bagikan, dia mendapatkan
nilai tertinggi di angkatannya, dan mendapatkan beasiswa dari SMA Negeri 1
Bukittinggi.
Selama di SMA, ia tidak
berubah, selalu membantu ibunya, rajin beribadah, dan rajin belajar. Si waktu
istirahat saat di sekolah, ia sering meluangkannya untuk membaca buku di
perpustakaan, dia sangat senang membaca. Itu yang membuatnya serba tahu mengenai
segala hal. Ia juga sering diminta oleh guru untuk membantu mengoreksi
tugas-tugas temannya di sekolah. Pelajaran kesukaannya adalah Kimia dan Fisika,
dia selalu mendapat nilai sempurna di kedua mata pelajaran tersebut. Sampai
akhirnya, ada salah seorang temannya yang kesal dan merasa iri kepadanya karena
selalu mendapat nilai sempurna, Rangga dituduh telah menerima bocoran dari
gurunya karena Rangga dianggap anak emas oleh gurunya. Lalu, pihak kepala
sekolah sempat memanggil Rangga untuk bersaksi, dan memberi ujian yang baru
yang dibuat kepala sekolahnya saat itu juga dan menyuruh Rangga untuk menjawab
soalnya. Dan terbukti Rangga dapat menjawab semua soal dengan benar.
Disaat umurnya yang ke 17,
ia dinyatakan lulus dengan nilai yang memuaskan. Namun, setelah lulus sekolah,
Rangga tidak ingin melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi. Dia ingin
bekerja dulu mencari uang sendiri untuk membiayai kuliahnya sendiri tanpa
memberikan beban kepada ibunya. Akhirnya selama hampir 3 tahun, ia bekerja,
apapun ia mau melakukannya asalkan itu termasuk pekerjaan yang halal, tak lupa
dia juga selalu beribadah kepada Tuhannya, tidak pernah meninggalkan shalat. di
umurnya yang hampir mencapai 20 tahun, ia merantau ke Jakarta untuk mencari
pekerjaan dan mencari kuliah. Lalu 3 bulan kemudian ia disusul kakak dan ibunya
ke Jakarta. Di umur yang ke 20 tahun, ia diterima kuliah di Universitas
Indonesia jurusan akuntansi dan perbankan. Memang sedikit berbeda dengan
pelajaran di SMA nya, namun ia tetap bisa mengikuti pelajarannya dengan baik
karena ia sangat senang membaca, sehingga membuat pengetahuannya lebih luas. Setelah
lulus dari kuliah dengan hasil kumlaut, dia langsung diterima kerja di suatu
Bank di bagian keuangan.
Tepat sehari setelah ia
berulang tahun yang ke 27, ia menikah dengan seorang perempuan yang 4 tahun
lebih muda darinya yang merupakan rekan kerja di kantor. Sejak menikah, ia
mengontrak di sebuah kontrakan di dekat dengan tempat kerjanya, dan mereka
berdua memiliki target untuk membeli rumah sendiri dengan luas yang sudah
ditentukan oleh keduanya.
Di umur nya yang ke 33
tahun, ia berhasil mencapai targetnya, yaitu membeli rumah dengan ukuran persis
dengan yang mereka harapkan, bahkan lebih besar dari apa yang mereka harapkan.
Dan juga, Rangga sudah memiliki 2 anak perempuan. Karirnya semakin naik, dan
gajinya sangat mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Dia juga memberikan setengah
gajinya kepada ibunya, dan setengah dari sisanya diberikan kepada istrinya.
Pada umur 37 tahun, Ibu
Rangga dan kakaknya pulang ke Bukittinggi dan memutuskan untuk tinggal disana.
Rangga sempat membujuk ibunya untuk tetap tinggal bersamanya, namun ibunya
lebih senang berada di kampung halamannya di Bukittinggi. Rangga pun akhirnya
membelikan rumah yang lebih layak dan nyaman untuk Ibunya, dan kakaknya tinggal
bersama suaminya di rumah yang tidak jauh dari rumah ibunya. Rangga juga
membukakan usaha untuk ibunya, yaitu toko buku yang berada di Bukittinggi dan
juga Rangga membuka restauran masakan padang yang berada di sebelah toko
bukunya di Bukittinggi.
Di umurnya yang ke 40 tahun,
ia diangkat sebagai Manajer utama di suatu bank dan ia tetap mengirimkan
pengasilannya kepada ibunya. Ia juga selalu mengajarkan anak-anaknya tentang
agama dan mendidiknya untuk selalu rajin belajar terutama rajin membaca. Serta
memberi motivasi-motivasi hidup kepada anaknya.
No comments:
Post a Comment